![]() |
WINK TIGA DUA
Tak Butuh Sanjungan Dari Sang Pendusta
Rabu, 28 Oktober 2015
Jumat, 07 Februari 2014
Sejarah Gorontalo
Menurut sejarah, Jazirah Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Parepare dan Manado.
Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam
di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan
penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan
perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala
(Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara.Gorontalo menjadi pusat
pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Peta GtloPeta GorontaloKedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo Lo Pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu :
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.
salah satu jogugu pada tahun 1870 sebagai penguasa tertinggi dalam kerajaan, terdapat pula jabatan tinggi lainnya yaitu "Patila" (Mangku Bumi) selanjutnya disebut Jogugu. Wulea Lo Lipu (Marsaoleh) setingkat dengan camat. Disamping Olongia dan pembantu-pembantunya sebagai pelaksana pemerintahan seharihari terdapat suatu Badan Musyawarah Rakyat (Bantayo Poboide) yang diketuai oleh seorang Bate. Setiap kerajaan mempunyai suatu Bantayo Poboide yang berarti bangsal tempat bermusyawarah. Di dalam bangsal inilah diolah dan dirumuskan berbagai persoalan negeri, sehingga tugas Bantayo Poboide dapat diperinci sebagai berikut :
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gorontalo#Senjata_tradisional
Peta GtloPeta GorontaloKedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
- Pohala'a Gorontalo
- Pohala'a Limboto
- Pohala'a Suwawa
- Pohala'a Boalemo
- Pohala'a Atinggola
- Berasal dari "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi hulontalo.
- Berasal dari "Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang Gowa yang berjalan lalu lalang.
- Berasal dari "Hulontalangi" yang artinya lebih mulia.
- Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus.
- Berasal dari "Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat menunggu.
- Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
- Berasal dari "Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo Lo Pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu :
- Onder Afdeling Kwandang
- Onder Afdeling Boalemo
- Onder Afdeling Gorontalo
- Distrik Kwandang
- Distrik Limboto
- Distrik Bone
- Distrik Gorontalo
- Distrik Boalemo
- Afdeling Gorontalo
- Afdeling Boalemo
- Afdeling Buol
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia.
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.
Sistem Pemerintahan
Pemerintahan di daerah Gorontalo pada masa perkembangan kerajaankerajaan adalah bersifat monarkikonstitusional, yang pada awal mula pembentukan kerajaan-kerajaan tersebut berakar pada kekuasaan rakyat yang menjelmakan diri dalam kekuasaan Linula, yang sesungguhnya menurutkan azas demokrasi. Organisasi pemerintahan dalam kerajaan terbagi atas tiga bagian dalam suasana kerjasama yang disebut "Buatula Totolu", yaitu :- Buatula Bantayo; dikepalai oleh Bate yang bertugas menciptakan peraturan-peraturan dan garis-garis besar tujuan kerajaan.
- Buatula Bubato; dikepalai oleh Raja (Olongia) dan bertugas melaksanakan peraturan serta berusaha mensejahterakan masyarakat.
- Buatula Bala; yang pada mulanya dikepalai oleh Pulubala, bertugas dalam bidang pertahanan dan keamanan.
salah satu jogugu pada tahun 1870 sebagai penguasa tertinggi dalam kerajaan, terdapat pula jabatan tinggi lainnya yaitu "Patila" (Mangku Bumi) selanjutnya disebut Jogugu. Wulea Lo Lipu (Marsaoleh) setingkat dengan camat. Disamping Olongia dan pembantu-pembantunya sebagai pelaksana pemerintahan seharihari terdapat suatu Badan Musyawarah Rakyat (Bantayo Poboide) yang diketuai oleh seorang Bate. Setiap kerajaan mempunyai suatu Bantayo Poboide yang berarti bangsal tempat bermusyawarah. Di dalam bangsal inilah diolah dan dirumuskan berbagai persoalan negeri, sehingga tugas Bantayo Poboide dapat diperinci sebagai berikut :
- Menetapkan adat dan hukum adat.
- Mendampingi serta mengawasi pemerintah.
- Menggugat Raja.
- Memilih dan menobatkan Raja dan pembesar-pembesar lainnya.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gorontalo#Senjata_tradisional
7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Inilah prasasti-prasasti peninggalan salahsatu kerajaan hindu tertua di
Indonesia. Prasasti-prasasti ini juga sebagai bukti keberadaan dan
kemahsyuran Kerajaan Tarumanegara yang berdiri dari abad ke-4 hingga
abad ke-7.
1. Prasasti Tugu
Ditemukan di Kampung Batutumbu, Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak
di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang
Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris
kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi
prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
4. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
5. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai
Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris
disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu
terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja
Purnawarman.
6. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (±
559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor.
Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan
serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang
telapak kaki.
7. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten terletak di tepi sungai Cisadane dekat Muara
Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara
(Pasiran Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara.
Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu besar dan alami dengan
ukuran 2.70 x 1.40 x 140 m3. Peninggalan sejarah ini disebut prasasti
karena memang ada goresan tetapi merupakan pahatan gambar sulur-suluran
(pilin) atau ikal yang keluar dari umbi.
1. Prasasti Tugu
Ditemukan di Kampung Batutumbu, Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
2. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu
3. Prasasti Cidanghiyang/Lebak
![]() |
kumpulan-cerita-rakyat-dunia.blogspot.com |
4. Prasasti Jambu
![]() |
info.pikiran-rakyat.com |
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
5. Prasasti Ciaruteun
![]() |
ranabudaya.wordpress.com |
6. Prasasti Pasir Awi
![]() |
http://fatwarohman.blogspot.com |
7. Prasasti Muara Cianten
![]() |
http://sejarah.kompasiana.com |
Sumber: http://id.wikipedia.org
5 Hewan Purba Yang Sudah Punah Di Indonesia
Wow ternyata Indonesia pernah ditinggali hewan-hewan purba yang
menakjubkan, meskipun mereka sudah punah, kita masih bisa melihat
fosil-fosil yang ditinggalkan, langsung aja ya....
1. Kura-kura Atlas
Kura-kura Atlas (Colossochelys atlas) adalah spesies kura-kura/penyu yang punah sekitar 10.000 tahun SM. Spesies ini ditemukan (dalam fosil) dan dideskripsikan pertama kali pada 1837. Kura-kura ini punah pada masa Miosen-Pleistosen yaitu ketika Zaman es mulai mengering yang dimulai dari India Bara dan Pakistan dan bergerak menuju Sulawesi dan Pulau Timor di Indonesia.
Sebelum kepunahanya pada 1500, tikus ini tinggal di Pulau Flores, Indonesia. Tikus ini hanya diketahui lewat penemuan sedikit sub-fosilnya. Dan tikus ini merupakan satu-satunya anggota dari genus Spelaeomys.
Spesies tikus purba yang hanya dikenal lewat penemuan fosil ini dulu pernah hidup di Pulau Flores sebelum tahun 1500. Dinamai Verhoeven karena sesuai dengan nama penemunya yaitu seorang Pemimpin di Belanda yang bernama Theodor Verhoeven.
Sumber: http://en.wikipedia.org
1. Kura-kura Atlas
Hasil Rekonstruksi wujud aslinya |
![]() |
fosil kura-kura atlas |
Kura-kura Atlas (Colossochelys atlas) adalah spesies kura-kura/penyu yang punah sekitar 10.000 tahun SM. Spesies ini ditemukan (dalam fosil) dan dideskripsikan pertama kali pada 1837. Kura-kura ini punah pada masa Miosen-Pleistosen yaitu ketika Zaman es mulai mengering yang dimulai dari India Bara dan Pakistan dan bergerak menuju Sulawesi dan Pulau Timor di Indonesia.
2. Tikus Raksasa Buhler
![]() |
http://farm5.staticflickr.com |
Spesies dengan nama latin Coryphomys buehleri ini pertama kali dikenal
lewat penemuan sub-fosilnya di pulai Timor, NTT, Indonesia. Berdasarkan
hasil penelitian, spesies ini masih memiliki hubungan kerabat dengan
spesies tikus di Papua Nugini.
3. Tikus Gua Flores
![]() |
(ilustrasi) http://jandacek.com |
Sebelum kepunahanya pada 1500, tikus ini tinggal di Pulau Flores, Indonesia. Tikus ini hanya diketahui lewat penemuan sedikit sub-fosilnya. Dan tikus ini merupakan satu-satunya anggota dari genus Spelaeomys.
4. Stegodon
Hasil Rekonstruksi Wujud aslinya |
Fosil kepala dan gading stegodon |
Stegodon berasal dari bahasa yunani yaitu "stegein" yang berarti
menutupi dan "odous" yang berarti gigi. Stegodon ini diperkirakan hidup
di Pulau Flores sekitar 4100 SM. Spesies Gajah purba ini hidup di banyak
tempat di benua Asia selama zaman Pliosen dan Pleistosen, dan hidup di
Indonesia pada zaman Holosen.
5. Tikus Pohon Raksasa Verhoeven
Spesies tikus purba yang hanya dikenal lewat penemuan fosil ini dulu pernah hidup di Pulau Flores sebelum tahun 1500. Dinamai Verhoeven karena sesuai dengan nama penemunya yaitu seorang Pemimpin di Belanda yang bernama Theodor Verhoeven.
Sumber: http://en.wikipedia.org
Astronom-astronom Hebat dari Zaman Kuno
Ilmu
astronomi memang sudah dikenal luas oleh nenek moyang kita ribuan tahun
yag lalu, hal ini dibuktikan dengan munculnya ahli-ahli astronomi yang
biasanya berasal dari bangsa yunani kuno speerti yang berikut ini...
1. Anaximander (610-546 SM)
![]() |
www.philosophybasics.com |
Anaximander sering disebut sebagai "Bapak Ilmu Astronomi". Ia
menganggap bentuk Bumi sebagai silinder dan angkasa berputar tiap hari
mengelilinginya.
2. Aristharkus (abad ke-3 SM)
![]() |
www.crystalinks.com |
Seorang ilmuwan Yunani yang percaya bahwa Matahari adalah pusat
alam semesta. Ia orang pertama yang menghitung ukuran relatif Matahari,
Bumi dan Bulan. Ia menemukan bahwa diameter bulan lebih dari 30%
diameter Bumi (sangat dekat dengan nilai sebenarnya yaitu 0,27 kali
diameter bumi). Ia juga memperkirakan bahwa Matahari memiliki diameter 7
kali diameter Bumi. Ini kira-kira 15 kali lebih kecil dari ukuran
sebenarnya yang kita ketahui saat ini.
3. Aristoteles (384-322 SM)
Seorang ilmuwan Yunani yang percaya bahwa Matahari, Bulan dan
planet-planet mengitari Bumi pada permukaan serangkaian bola angkasa
yang rumit. Ia mengetahui bahwa Bumi dan Bulan berbentuk bola dan bahwa
bulan bersinar dengan memantulkan cahaya Matahari, tetapi ia tak percaya
bahwa Bumi bergerak dalam Antariksa ataupun bergerak dalam porosnya.
4. Eratosthenes (276-196 SM)
Seorang ahli astronomi Yunani yang pertama-tama mengukur besarnya
Bumi secara teliti. Ia mencatat perbedaan ketinggian Matahari di langit
sebagaimana terlihat pada tanggal yang sama dari dua tempat pada garis
utara-selatan yang jaraknya diketahui. Dari pengamatannya, ia menghitung
bahwa Bumi mestinya bergaris tengah 13.000 km. Hampir tepat dengan
angka yang sebenarnya (12.756,28 km pada katulistiwa).
5. Hipparkus (abad ke-2 SM)
![]() |
http://grmath.tripod.com |
Ia membuat sebuah katalog 850 bintang dengan teliti yang dibagi
kedalam enam kelompok kecerlangan atau magnitudo; bintang paling
cemerlang dengan magnitudo 1 dan yang paling lemah (yang tampak dengan
mata telanjang) dengan magnitudo 6. Suatu sistem magnitudo yang
disesuaikan masih digunakan dewasa ini.
6. Ptolomeus (abad ke-2 M)
![]() |
www.windows2universe.org |
Seorang ilmuwan Yunani yang menyusun gambaran baku mengenai Alam
semesta yang dipakai oleh para ahli astronomi hingga zaman Renaissance.
Menurut Ptolomeus, Matahari, Bulan, dan planet-planet beredar
mengelilingi Bumi dengan suatu sistem yang rumit. Teori ini akhirnya
ditentang dan dibuktikan kesalahannya oleh pandangan Copernicus.
7. Pythagoras (abad ke-6 SM)
Seorang ilmuwan Yunani yang diketahui sebagai yang pertama kalinya
mencetuskan gagasan bahwa Bumi berbentuk bola. Ia percaya bahwa Bumi
terletak di pusat alam semesta dan benda-benda angkasa lain beredar
mengelilingi Bumi.
Diolah dari http://id.wikipedia.org/
8 Keraton Indah di Pulau Jawa
1. Keraton Kasepuhan
![]() |
ajiehalimrahman.blogspot.com |
Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di
Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal
paling bersejarah. Keraton Kasepuhan adalah kerajaan islam tempat para
pendiri cirebon bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kasultanan
Cirebon berdiri. Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan
berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi
yaitu keretaSinga Barong yang merupakan kereta kencana Sunan Gunung
Jati. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan
pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
2. Keraton Kanoman
![]() |
wikunesia.blogspot.com |
Setelah berdiri Keraton Kanoman pada tahun 1678 M Kesultanan
Cirebon terdiri dari Keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman yang
merupakan pemimpin dan wakilnya. Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran
Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I
pada sekitar tahun 1678 M. Keraton Kanoman masih taat memegang
adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg
Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam leluhur,
Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.
3. Keraton Kacirebonan
![]() |
farrasauliasm.blogspot.com |
Seperti halnya Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, Kecirebonan
pun tetap menjaga, melestarikan serta melaksanakan kebiasaan dan upacara
adat seperti Upacara Pajang Jimat dan sebagainya. Kacirebonan berada di
wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan, tepatnya 1 km sebelah
barat daya dari Keraton Kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah
selatan Keraton Kanoman.
4. Keraton Surakarta Hadiningrat
![]() |
muriatravel.blogspot.com |
Karaton Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta.
Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744
sebagai pengganti Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger
Pecinan1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala
(Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat Bengawan (sungai)
Beton/Sala. Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama
desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi
saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II
kepada VOC pada tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755,
keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta.
5. Pura Mangkunagaran
![]() |
surakarta.go.id |
Pura ini dibangun setelah Perjanjian Salatiga yang mengawali
pendirian Praja Mangkunegaran dan dua tahun setelah dilaksanakannya
Perjanjian Giyanti yang isinya membagi pemerintahan Jawa menjadi
Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta oleh VOC (Kompeni) pada
tahun 1755. Kerajaan Surakarta terpisah setelah Pangeran Raden Mas Said
terus memberontak pada VOC dan atas dukungan sunan mendirikan kerajaan
sendiri tahun 1757. Raden Mas Said memakai gelar Mangkunegoro I dan
membangun wilayah kekuasaannya di sebelah barat tepian Sungai Pepe (Kali
Pepe) di pusat kota yang sekarang bernama Solo. Seperti bangunan utama
di keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta, Puro Mangkunegaran
mengalami beberapa perubahan selama puncak masa pemerintahan kolonial
Belanda di Jawa Tengah. Perubahan ini tampak pada ciri dekorasi Eropa
yang popular saat itu.
6. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
![]() |
handoyoblog.com |
Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta. Walaupun kesultanan
tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun
1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat
tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi
kesultanan hingga saat ini. Sebagian kompleks keraton merupakan museum
yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai
pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan.
Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh
arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah
dan lapangan serta paviliun yang luas.
7. Pura Paku Alaman
![]() |
handoyoblog.com |
Puro Paku Alaman adalah bekas Istana kecil Kadipaten Paku Alaman.
Istana ini menjadi tempat tinggal resmi para Pangeran Paku Alam mulai
tahun 1813sampai dengan tahun 1950, ketika pemerintah Negara Bagian
Republik Indonesia menjadikan Kadipaten Paku Alaman (bersama-sama
Kesultanan Yogyakarta) sebagai sebuah daerah berotonomi khusus setingkat
provinsi yang bernama Daerah Istimewa Yogyakarta. Puro Paku Alaman ini
adalah sebuah istana kecil jika dibandingkan dengan Keraton Yogyakarta.
Ini menunjukkan kedudukan kadipaten ini yang walaupun sebagai negara
berdaulat sendiri di luar Kesultanan Yogyakarta namun tetap setingkat di
bawahnya.
8. Keraton Sumenep
![]() |
pancamr-teub.blogspot.com |
Keraton Sumenep dulunya adalah tempat kediaman resmi para
Adipati/Raja-Raja selain sebagai tempat untuk menjalankan roda
pemerintahan. Kerajaan Sumenep sendiri bisa dibilang sifatnya sebagai
kerajaan kecil (setingkat Kadipaten) kala itu, sebab sebelum wilayah
Sumenep dikusai VOC wilayah Sumenep sendiri masih harus membayar upeti
kepada kerajaan-kerajaan besar (Singhasari, Majapahit, dan Kasultanan
Mataram). Istilah penyebutan Karaton apabila dikaitkan dengan sistem
pemerintahan di Jawa saat itu, merasa kurang tepat karena karaton
Sumenep memeliki tingkatan yang lebih kecil dari bangunan keraton yang
ada di Jogjakarta dan Surakarta. Karaton Sumenep sebenarnya adalah
bangunan kediaman keadipatian yang pola penataan bangunannya lebih
sederhana dari pada keraton-keraton besar seperti Jogjakarta dan
Diolah dari http://id.wikipedia.org/
Langganan:
Postingan (Atom)